About me

Sabtu, 14 April 2012

-kuning-putih-hitam

Hmm.. mulai dari mana ya saya menulis tulisan ini.
Oh bukan, saya tidak ingin membahas makna ketiga warna itu..
Apa (?) bendera? Partai? Hoho.. tidak juga.. terlalu awam untuk membahas itu.
Saya akan berceloteh tentang makanan. Hayo, makanan apa saja yang berwarna -kuning-putih-hitam-? (hayo apa hayo..hwaa..efek main tebak-tebakan). Mari kita bahas satu persatu


*Kuning:

Kamis, 12 April 2012

dialekcinta

Izinkan saya untuk mendefinisikan cinta berdasarkan kesotoyan saya selama merasakan cinta (?). Cinta bak dialektika hati yang berbanding lurus dengan pengorbanan, kehadiran di alam pikir, cahaya mata, rona wajah, degup jantung, keringat di tangan, simpul senyum, juga hormon endofrin (tsaah!). Walaupun masih banyak definisi cinta yang -mungkin- berbanding terbalik dengan ciri yang saya sebutkan, tapi setidaknya saya termasuk ke dalam golongan mayoritas yang pernah merasakan cinta.

Saya bukan orang yang pandai berkata-kata tentang cinta. Sungguh. Tidak seperti

Kamis, 05 April 2012

paradoksal

Beberapa pekan terakhir ini benak saya beradu terhadap kondisi ketidaksinkronan berpikir dengan gejala eksternal pada zona yang tidak konsisten tetapi nyata dalam kehidupan. Mulai dari peristiwa Indonesia tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal). Liberalisme sebuah paham yang menjunjung kebebasan dengan dalih dasar rasionalitas namun nyatanya sama sekali tidak rasional. Sangat tidak rasional.
Ditambah lagi sebuah euforia kenaikan BBM pada sebagian golongan di pemerintahan sana. Berdalih kenaikan BBM ini demi mempertahankan kesejahteraan rakyat dan menstabilkan perekonimian bangsa. Namun nyatanya, berpuluh ribu rakyat Indonesia yang menolak hal ini karena meyakini justru akan menyengsarakan rakyat, sama sekali tidak diindahkan oleh para penguasa di pemerintahan sana.

Lebih ironis lagi

Senin, 02 April 2012

Diorama Santri Kampus

Istilah santri kampus memang agak aneh di pendengaran. Istilah ini bermula dari teman sekelas saya yang nyeletuk setelah dia berkunjung ke kosan saya melalui pintu depan yang terpampang tulisan “Ponpes Al Iffah IPB”. Sepertinya cukup berat kata-kata ponpes baginya. Awalnya saya agak tersinggung dibilang santri kampus, apalagi ditambah dengan gaya bicaranya yang selengean sambil tertawa-tawa. Santri kampus? Sungguh sangat berat julukan itu. Kata santri yang identik dengan orang yang pintar agama, pandai berbahasa arab, hafal berbagai hadist dan surat Al Quran, berakhlaq santun, berkata lembut, sungguh-sungguh berat julukan itu. Ditambah embel-embel kampus. Seolah-olah santri yang satu ini benar-benar menguasai permasalahan dunia dan akherat, mengetahui pergerakan kampus, aktif diberbagai lembaga kampus dengan tetap menerapkan nilai-nilai islam. Berat bukan penjabarannya? Tak mau berlama-lama dengan kegalauan julukan tersebut, saya mencoba meluruskan niat untuk mencari nilai positif yang bisa diambil.