Matahari bersinar mematangkan waktu. Membunuh kesunyian yang tak pernah
bernapas lega. Ada sela asa yang tersisa. Timbul di hati. Mengeraskannya,
kadang meluluhkannya. Ingin berteriak. Percuma. Ingin bertindak. Tak bisa.
Aaaarrrggghh… berkali-kali berteriak Aaaarrgggghhh… sambil mengepalkan
tangan. Geram. Menghembuskan napas sepanjang-panjangnya. Aaarrrggghh..
lagi-lagi ber-Arrrggghh… Tentu saja hanya di dalam hati. Kadang-kadang melalui
ekspresi. Tak jarang berintonasi.
Seandainya bisa berteriak. Berceramah seperti seorang khatib yang
berkhutbah. Dengan semangat membara. Khusyuk dan didengarkan walaupun tetap
saja ada yang mengantuk. Atau berpidato seperti Presiden. Tak boleh ada yang
mengantuk apalagi tertidur, walalupun ada saja yang nakal sesekali buka sms.
Atau seperti seorang Guru. Medidik dengan kasih sayang walaupun selalu saja ada
yang membandel di kelas. Atau seperti Resepsionis. Atau seperti Reporter.
Seperti Tour Guide. Seperti Murobbi.
Seperti Sales. Seperti Pengacara.
Atau apapun. Seperti mereka yang memberi tahu suatu kebaikan. Tapi, tetap saja.
Sulit.
Bukan sulit. Hanya saja masalahnya di aku. Aku yang kadang hanya bisa
ber-Aaarrgghhh… kesal. Mengomel. Menceracau. Curhat. Nulis di blog. Update
status. Menangis. Atau hanya memendam dalam hati. Lagi-lagi
masalahnya di aku. Hanya bisa diam. Melihat. Mendengar. Sulit bertindak.
Aaaarrgghh… aku tahu masalahnya di aku.