About me

Rabu, 27 Agustus 2014

biru #2



Kawan, ingin rasaku mengajakmu ke laut. Tak perlu ke tengah cukup di pinggir saja. Di atas pasir pantai yang putih dan lembut. Tak perlu membasahi diri dengan kuyup. Cukup bermain riak kecil yang menebur kerikil. Akan kutemani kau duduk, hingga tinggi kepalamu searah dengan garis horizon yang kulihat.
Kawan, ingin satu titikku ada dalam pandangmu. Menyaksikan birunya laut yang dihamparkan. Merasakan luasnya laut selapang hati kita. Tak perlu ada rongga, sekat, apalagi batas. Berkali deburan ombak, menampakkan kekuatan. Berjuta buih yang diterbangkan, melembutkan sentuhan.
Kawan, lihatlah di titik yang sama. Ada birunya langit yang dibentangkan. Bukankah seharusnya ia lebih tinggi? Tapi ia searah dengan garis horizon yang kau lihat. Ia terbentang menyelimuti kita. Tanpa batas. Meninggikan asa, cita, dan cinta yang musykil menjadi ada.

Selasa, 26 Agustus 2014

aparat-keparat




Saya teringat. Tentang sebuah janji yang mengikat. Mengikat mereka dengan segenap rakyat. Rakyat yang melarat. Awalnya terlihat taat. Sibuk meramu undang-undang yang dibuat. Setelah dibuat, orang lain yang disuruh taat. Ini seperti sebuah sekat. Sekat yang panjangnya sudah teramat sangat. Aparat keparat. Ingin sekali berteriak “kalian bejat!!”, oh tapi itu sungguh tidak bermartabat.

Lihat! Lihat! Apa yang mereka perbuat. Tidak takutkah merekah pada akhirat. Yang balasannya berlipat-lipat. Hey kau aparat! Segeralah bertaubat! Keberadaanmu seperti lintah darat. Membuat rakyat semakin melarat. Tambah melarat. Dan terus melarat. Heyy Indonesia sedang sekarat!. Jangan pura-pura tidak melihat. Percuma undang-undang yang telah kalian buat. Jika akhirnya kalian sendiri yang tidak taat.

Oh.. sebenarnya hidup di negeri apalah aku ini. Yang benar didzolimi, yang dzolim tidak dibenahi. Bagaimanakah negeri ini bisa mandiri. Jika kebenaran ditutupi, sementara kecurangan ada disana sini

Hmm.. sebenarnya hidup di negeri apalah aku ini. Keinginan asing diikuti. Harga diri dikhianati. Bagaimanakah negeri ini bisa mandiri. Penguasa korupsi. Rakyat gigit jari.

Cih.. sebenarnya hidup di negeri apalah aku ini. Banyak yang hanya bisa mengometari. Tapi sedikit yang memberi solusi. Semuanya berlomba-lomba menyalahi. Tapi tak kunjung memperbaiki diri.

Ah, negatif sekali. Lebih baik disudahi saja, Ti. Segeralah berkontribusi untuk negeri. Yuk mariii…