Saya teringat. Tentang sebuah janji yang mengikat. Mengikat
mereka dengan segenap rakyat. Rakyat yang melarat. Awalnya terlihat taat. Sibuk
meramu undang-undang yang dibuat. Setelah dibuat, orang lain yang disuruh taat.
Ini seperti sebuah sekat. Sekat yang panjangnya sudah teramat sangat. Aparat
keparat. Ingin sekali berteriak “kalian bejat!!”, oh tapi itu sungguh tidak
bermartabat.
Lihat! Lihat! Apa yang mereka perbuat. Tidak takutkah
merekah pada akhirat. Yang balasannya berlipat-lipat. Hey kau aparat! Segeralah
bertaubat! Keberadaanmu seperti lintah darat. Membuat rakyat semakin melarat. Tambah
melarat. Dan terus melarat. Heyy Indonesia sedang sekarat!. Jangan pura-pura
tidak melihat. Percuma undang-undang yang telah kalian buat. Jika akhirnya
kalian sendiri yang tidak taat.
Oh.. sebenarnya hidup di negeri apalah aku ini. Yang benar didzolimi,
yang dzolim tidak dibenahi. Bagaimanakah negeri ini bisa mandiri. Jika kebenaran
ditutupi, sementara kecurangan ada disana sini
Hmm.. sebenarnya hidup di negeri apalah aku ini. Keinginan asing
diikuti. Harga diri dikhianati. Bagaimanakah negeri ini bisa mandiri. Penguasa
korupsi. Rakyat gigit jari.
Cih.. sebenarnya hidup di negeri apalah aku ini. Banyak yang
hanya bisa mengometari. Tapi sedikit yang memberi solusi. Semuanya berlomba-lomba
menyalahi. Tapi tak kunjung memperbaiki diri.
Ah, negatif sekali. Lebih baik disudahi saja, Ti. Segeralah berkontribusi
untuk negeri. Yuk mariii…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar