Kawan, ingin rasaku mengajakmu ke laut. Tak perlu ke tengah
cukup di pinggir saja. Di atas pasir pantai yang putih dan lembut. Tak perlu
membasahi diri dengan kuyup. Cukup bermain riak kecil yang menebur kerikil. Akan
kutemani kau duduk, hingga tinggi kepalamu searah dengan garis horizon yang
kulihat.
Kawan, ingin satu titikku ada dalam pandangmu. Menyaksikan
birunya laut yang dihamparkan. Merasakan luasnya laut selapang hati kita. Tak
perlu ada rongga, sekat, apalagi batas. Berkali deburan ombak, menampakkan kekuatan.
Berjuta buih yang diterbangkan, melembutkan sentuhan.
Kawan, lihatlah di titik yang sama. Ada birunya langit yang
dibentangkan. Bukankah seharusnya ia lebih tinggi? Tapi ia searah dengan garis
horizon yang kau lihat. Ia terbentang menyelimuti kita. Tanpa batas.
Meninggikan asa, cita, dan cinta yang musykil menjadi ada.
Kawan, lihatlah lebih lamat. Ada garis horizon diantaranya.
Tapi dimanakah ujungnya? Ia terlalu luas dan tinggi. Kau tak pernah tahu ujung
hasilnya. Kita hanya perlu menikmati tiap deburan ombak dan arakan awan.
Kawan, inginku melihat biru. Membersamai kita dalam satu
cawan memori. Di satu titik yang akan menemani sebuah perjalanan panjang. Meniti
asa yang tak ingin berbias.
Kawan, adakah langit dan laut bertemu di ujung sana?
Bersentuhan dan saling menyapa di ujung horizon itu?
Mungkin suatu saat biru menyebutkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar