About me

Kamis, 29 Desember 2011

Cerita ini terjadi setelah aku memejamkan kelopak mata...

Aku baru saja selesai berbelanja di salah satu mall di daerahku, lebih tepatnya mengantarkan temanku belanja pernak pernik ke'cewe'an. Panggil saja temanku itu 'Tamara'. Selesai berbelanja, kami berdua keluar dari mall, berniat mencari angkot untuk langsung pulang. Siang itu matahari sedang tak bersahabat, panasnya hampir membakar kulitku.
Tamara yang berpenampilan ala kadarnya dengan celana jeans hampir selutut dan baju berlengan hingga sikut, tak kuat dan tak tega kalo kulitnya sampai terbakar. Ia buru-buru mencari angkot sambil membawa 'kresek' belanjaan yang super banyak.
Saat itu angkot sedang panen,dari mulai gerbang mall hingga jalan raya angkot berjejer seperti ikan pari yang sedang dijemur, semua kenek meneriakkan jurusan angkotnya masing-masing. Aku yang berjalan di belakang Tamara,
mengikuti langkah-langkahnya menuju angkot dengan jurusan yang kami tuju.

Kami duduk tenang di dalam angkot, saat itu penumpangnya tidak terlalu banyak, jadi kami bisa bernapas lega. Ada sesuatu yang membuatku geram... Kenek (kondektur) yang duduk di samping pintu angkot tak henti-hentinya melirik temanku, Tamara.
Matanya melihat tamara dari ujung kaki hingga ujung rambut. Bukan, aku bukan geram karena tak dilirik oleh si 'kenek', tapi aku geram karena sebagai wanita merasa dilecehkan ditatap seperti itu.
Seperti singa yang kelaparan dan dihadapannya ada daging merah yang sangat lezat. Andai saja saat itu aku bawa sumpit, akan ku congkel kedua mata si kenek (astaghfirullah batinku) Biarlah Allah saja yang membalasnya.

Aku perhatikan temanku, apakah dia tidak menyadari bahwa ada yang memperhatikannya seperti itu atau sebenarnya ia sadar namun menganggap itu hal yang biasa atau mungkin ia merasa senang (astaghfirulloh).. Aku tukar posisi duduknya agar menjauh dari kenek itu, tamara menurut saja.beberapa 'Kresek' belanjaannya aku tindihkan di atas pahanya.

Ini adalah pelajaran untuk kita kaum Hawa. Biasakan selalu berpenampilan rapih dan tertutup, agar melindungi kita dari tatapan-tatapan 'mengenaskan'

**********
Lanjut ke kisah kami saat di angkot. Tamara benar-benar kelelahan saat itu, dan aku benar-benar tak konsen dengan situasi saat itu, hingga kami berdua tak sadar jalan yang sedang kami lewati.

Astaghfirulloh,"Pak ini mau kemana?" tanyaku saat sadar jalan yang kami lewati terasa asing.
"Ke terminal neng."jawab Pak Sopir.
"TEMINAL???!!!" teriakku dan tamara sangat kaget, semua penumpang di dalam angkot itu meliirik ke arah kami.
"Kami mau ke arah Cilegon Pak..."kataku.
"CILEGON???" tanya pak sopir yang tetap dengan kendali setirnya.
"Lho bukannya si eneng-eneng ini tadi katanya mau ke Cirebon? Makanya saya iya-iya aja waktu si eneng naik angkot jurusan terminal". papar si kenek.
"CIREBON???!!" teriakku dan tamara histeris.
"Ah, si abang, tadi saya bilang Ci-le-gon bukan ci-re-bon!!" eja Tamara dengan sangat geram.

Tak mau terlalu jauh kesasar akhirnya kami berdua turun, entah di daerah apa namanya. Setiap ada angkot lewat kami tanya jurusannya, apakah mau ke Cilegon? Ternyata angkot yang berseliweran itu tak satupun yang ke arah Cilegon.
Aku hampir putus asa. ditambah Tamara yang tak henti-hentinya mengeluh kecapekan.
hampir 30 menit kami menunggu....

Tiba-tiba sebuah angkot berhenti di depan kami.
"Cilegon neng?"kata Pak Sopir sambil menongolkan kepalanya melalui jendela pintu.
"Alhamdulillah, iya Pak."
Aku yang naik pertama ke dalam angkot, ketika aku mengangkat kaki kananku, aku kaget bukan main.
Astaghfirullohal'adzim.. mulutku tak henti-hentinya beristighfar.
Aku duduk di dekat pintu.
Lalu Tamara menyusul naik ke dalam angkot.
"Ih, amit-amit."gumamnya.
Aku dan Tamara melirik seseorang yang ada di angkot itu, ia duduk tepat di depanku.
Penampilannya seperti..... entahlah seperti apa. Ia memakai rok berwarna hitam di atas dengkul ditambah stoking yang menutupi sekujur kakinya, bajunya tak berlengan,atau terkenal dengan baju tanktop, rambutnya panjang terurai, mengenakan topi yang jidatnya dibubuhi poni. Tangannya memegang buku yang menutupi semua wajahnya.
Tamara tak henti-henti bergumam...
"Ih amit-amit deh pakaiannya, ga matching banget.... masa pake baju kaya gitu, malu-maluin aja.... ga punya malu apa! naik angkot lagi!" Kami tak sadar suara kami terlalu keras, hingga terdengar oleh seorang yang ada di hadapanku itu.
Orang itu melempar buku yang sedang dibacanya.
"APA LO BILANG??!!!!" geramnya sambil melotot ke arah kami.

"HAH..... COWOK?????!!!!" aku kaaaaget bukan main.
"Jadi Lo Banci???" teriak tamara.
"EH JAGA TUH MULUT!!!! SEENAKNYA NGOMONGIN ORANG!!!" teriak penumpang yang di depanku itu sambil setengah berdiri dan menudingkan telunjuknya ke arah tamara.
"AAAAA...." Tamara teriak tak karuan.

Mendengar kegaduhan di belakang, akhirnya Pak Sopir menurunkan si Penumpang itu. Dengan kesal si penumpang itu turun sambil mengibaskan rambut panjangnya.. angkot berhenti mendadak dan setelah si penumpang itu turun, angkot justru tak jalan-jalan.

Aku dan Tamara bergumam. Astaghfirulloh, kataku sambil mengelus dada. Astaghfirulloh..kata Tamara juga.

Tiba-tiba si penumpang itu menggedor-gedor kaca di belakangku, kacanya sedikit terbuka, dia menarik narik kerudungku..
Aaaaaaa..... aku teriak tak karuan meminta di lepaskan.
Tamara membantuku melepaskan genggaman si penumpang itu. Aaaaaa...a...aku tak henti-hentinya berteriak...

**************
Peristiwa ini berakhir ketika aku membuka kedua mataku... dan melihat jam diniding menunjukkan pukul 5 subuh hari.

As3 TPB IPB
27 Januari 2010 pukul 16:07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar