Ini adalah kisah-kisah nyata yang terjadi pada orang-orang disekitarku. Entahlah,cerita ini bisa dianggap menyedihkan atau justru membuat tertawa, yang pasti kita harus bisa mengambil hikmah dari kisah-kisah ini.
Kisah pertama:
Kisah ini terjadi pada kakakku sendiri saat beliau berumur sekitar 9 tahun. kami sedang bermain didepan rumah, saat itu aku, kakakku, dan pamanku sedang makan jagung rebus buatan ibu. Awalnya kami adem ayem duduk tenang sambil makan jagung Tiba-tiba pamanku dengan gaya yang 'slengean' memasukkan satu butir jagung ke dalam hidungnya, lalu menahan napas, dan menghembuskannya keluar. Seolah-olah seperti sulap. Aku yang saat itu berumur 7 tahun terkagum-kagum melihat pamanku yang bisa sulap. Tak mau kalah dengan pamanku, kakakku melakukan hal yang sama.
Dimasukannya satu butir jagung ke dalam hidungnya,dengan bangga ia tersenyum seperti sudah berhasil melakukan sulap. Tapi tiba-tiba napasnya tersengal-sengal, butir jagung itu tidak keluar lagi dari hidungnya. Aku dan pamanku panik bukan main, kakakku seperti orang terserang asma. aku menjerit memanggil ayah, Ayah kaget melihat kakakku yang kesulitan bernapas. seperti ikan yang tersesat di daratan. Dengan tenang, ayahku memberi komando kepada kakakku untuk menarik napas dengan teratur dan menghembuskannya sekuat tenaga, tapi dasar anak kecil bukannya dihembuskan, eh malah disedot. Tapi syukur alhamdulillah, butir jagung itu tertelan melalui mulut,yang sempat mampir di pangkal hidung.
Kisah kedua:
Kisah ini terjadi pada seorang penjaga masjid di daerahku.
Malam itu adalah malam di bulan Ramadhan yang menginjak hari ke 20-an kalau tidak salah. Ibu memasak banyak makanan. Ada beberapa tetangga dan anak muda yang ikut sahur di rumah. Begitu pun penjaga masjid yang sering kami panggil Pak Mastaka. Jam sudah menunjukkan pukul 3 lewat tapi pak Mastaka belum datang juga. Jarak dari rumahku ke masjid tidak terlalu jauh,ayahku memanggilnya dari teras rumah. Namun, Pak Mastaka belum keluar juga. Akhirnya seorang pemuda berinisiatif menjemput Pak Mastaka di Masjid. Sekian lama menunggu, tiba-tiba pemuda tadi datang sambil terengah-engah memanggil ayahku. "Ada apa?" tanya ayahku. "Pak Mastaka, Pak.. Pak Mastaka..." katanya sambil mengatur napas. "Kenapa Pak Mastaka?"
Tiba-tiba Pak Mastaka datang dengan posisi mulut ternganga lebar..
Astaghfirullohal'adzim.... "Kenapa bisa begini Pak?"
"Hahahuuhaiiahauihohueheehuo" katanya, berusaha menjelaskan tapi tak ada yang mengerti satu pun.
Ayahku lagsung mengambil posisi kuda-kuda, telapak tanganya direntangkan, dan mulutnya membaca doa,entahlah doa apa. Bismillahirrohmanirrohim... JEEPLAKK!!! tangan ayahku melayang di pipi pak mastaka. Wajah Pak Mastaka meringis kesakitan. Tapi, syukur Alhamdulillah mulutnya tidak menganga lebar lagi, walaupun belum bisa 'mingkem' secara sempurna. Setelah beliau dapat berbicara, beliau menceritakan kronologisnya. Beliau merasa ngantuk lalu menguap sepuasnya, khilaf tidak sambil ditutup, akhirnya muluntnya tidak bisa mingkem lagi..
Kisah ketiga:
Kisah ini terjadi pada ayah teman SMA ku
Ayah temanku memang seorang pengusaha yang sangat sibuk. Diceritakan dari temanku. Suatu hari ayah temanku itu sedang ada rapat di luar negeri, rapat itu dihadiri oleh kolega-kolega pentingnya. Ketika sedang presentasi, rasa mulas menyerang perutnya. Merasa baik-baik saja dilanjutkanlah presentasi itu. so far so good.... tapi memang sudah pasangannya mulas, pasti ada kelanjutannya yaitu kebelet kentut. Karena merasa malu, takut-takut kentutnya bersuara dan bau akhirnya ditahanlah kentutnya itu agar tidak keluar. Entahlah berapa kentut yang ditahan. Selesai rapat, wajahnya pucat pasi. Tiba-tiba beliau merasa perutnya semakin bertambah sakit. Hingga pulang ke Indonesia ia di rawat di Rumah sakit.. Dokter bilang, perutnya kembung gara-gara menahan gas yang seharusnya dikeluarkan.. Tapi syukur Alhamdulillah, atas izin Allah dengan meminum banyak air putih, ayah temanku kembali sehat..
Bersyukurlah ALlah masih memberikan kita kesempatan di setiap peristiwa-peristiwa 'unik' yang kita lakukan terhadap diri kita sendiri. Senekat apapun yang akan kita lakukan, cobalah berpikir hal apa yang akan terjadi jika kita melakukan hal tersebut. Berpikirlah panjang ke depan..
Allah pasti membalasnya..
As3 TPB IPB
26 Januari 2010 pukul 12:04
Tidak ada komentar:
Posting Komentar